Tumbangnya eBook di Negeri Paman Sam

The Rise and Fall of eBook: Tumbangnya eBook di Negeri Paman Sam

Amerika Serikat merupakan salah satu negara maju di dunia dengan standar kehidupan rakyatnya yang relatif tinggi serta kemajuan teknologi yang sudah menyentuh di berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang teknologi informasi. Negara yang dikenal dengan sebutan negeri ‘Paman Sam’ ini merupakan penguasa pasar penerbitan di dunia. Global eBook Report mengatakan bahwa Amerika menguasai 26% dari keseluruhan pasar penerbitan di seluruh dunia dan menduduki urutan pertama di atas ‘negara penguasa’ lainnya, seperti China, Jerman, Jepang, Prancis, serta Inggris.

Sebagai negara adidaya dengan mayoritas masyarakatnya yang sudah ‘melek’ akan teknologi, keberadaan ebook sudah tidak asing lagi disana. Sejak kemunculan perangkat baca elektronik (ebook) di akhir tahun 2007, perubahan pola membaca buku di Amerika pun terjadi. Terlebih ketika Amazon, sang raja ecommerce, meluncurkan produk andalannya yang bernama Kindle 2. Produk canggih tersebut tidak hanya sukses meraup pasar perangkat baca elektronik yang cukup besar di Amerika, tetapi juga berhasil ‘menghipnotis’ jutaan pasang mata warga Amerika serta membuat mereka semakin keranjingan memakai perangkat baca elektronik guna membaca lebih banyak buku.

2012: Masa Keemasan eBook di Amerika

Sentuhan teknologi ternyata mampu memengaruhi kebiasaan membaca buku masyarakat di negeri Paman Sam serta ampuh mendongkrak popularitas ebook. Pada 2012 silam, Pew Internet Research Center – pusat penelitian yang mendapat bantuan dana dari Bill & Melinda Gates Foundation, melakukan survey dan menyatakan bahwa jumlah masyarakat yang membaca ebook di Amerika (khususnya dari usia 16 tahun ke atas) meningkat sebesar 7% menjadi 23% dari tahun 2011 yang hanya 16%. Hasil menggembirakan tersebut ternyata berbanding terbalik dengan pembaca buku cetak (tradisional) yang mengalami penurunan dari 72% di tahun 2011 menjadi 67% di tahun 2012. Minat masyarakat akan kebiasaan membaca dalam format yang berbeda itulah yang menyebabkan naik dan turunnya presentase tersebut.

Bangkitnya Masa Kejayaan Buku Cetak

“Nothing will ever stay the same and change always happens!”. Tahun 2012 mungkin bisa menjadi puncak kepopuleran ebook dan runtuhnya moment of glory buku cetak. Akan tetapi hanya berselang satu tahun kemudian, dewi fortuna kembali berpihak kepada buku cetak. Media baca yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas serta memiliki aroma yang khas itu melakukan surprising comeback!. Berdasarkan Association of American Publishers, sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2013 penjualan buku di negeri Paman Sam (khususnya yang ber-hard cover) meningkat sebesar 10%. Di lain pihak, pada waktu yang bersamaan, penjualan untuk ebook mengalami penurunan sebesar 5%. Komponen penjualan tersebut terdiri dari ebook untuk anak dan ebook tentang agama. Hasil tersebut sangat berbanding terbalik dengan kenyataan pada 2012 yang menunjukkan peningkatan sebesar 7%.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, mencuat beberapa pertanyaan seputar nasib dan masa depan e-book di negeri Paman Sam. Akankah si buku elektonik tersebut berhasil kembali mencuri minat masyarakat Amerika sebagai media baca utama? Atau kah kini saatnya mengumandangkan “say goodbye!” untuk media baca tersebut?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *